25214820
4eb22
1.
Lingkungan
Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika
Etika
bisnis adalah suatu rangkaian prinsip yang harus dilakukan saat menjalankan
bisnis. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti tujuan utamanya
adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam usaha memperoleh keuntungan ini
kadang karyawan sampai lupa batasan-batasan yang harus mereka lakukan, sehingga
mereka terjerumus kearah yang menyimpang demi mendapatkan sebuah keuntungan
yang besar. Maka dari itu diperlukannya mentaati etika bisnis dalam menjalankan
sebuah usaha, karena terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku etika dalam bisnis yaitu:
a. Budaya
Organisasi
Budaya organisasi mencangkup
sikap manajemen terhadap karyawan, pemberdayaan yang diberikan kepada
karyawan. Kata-kata positif yang di ucapkan manajer dapat membantu karyawan
menjadi lebih produktif dan bahagia, sedangkan kata-kata negatif dapat
menyebabkan ketidak puasan karyawan, absen dan bahkan perbuatan penyimpangan
lainnya.
b. Ekonomi
Lokal
Jika karyawan mendapatkan pekerjaan yang
banyak dan pendapatan besar maka mereka akan merasa bahagia sehingga semakin
meningkatkan kinerja mereka, sedangkan jika tinggat pengangguran meningkat maka
akan timbul rasa kecemasan dalam diri karyawan sehingga bisa mengganggu
kualitas kinerja mereka bahkan sampai penyimpangan penilaian.
c. Reputasi
Perusahaan dalam Komunitas
Jika sebuah perusahaan dipandang
berprospek bagus dengan menghasilkan goodwill yang banyak maka perilaku
karyawan akan seperti itu karena mereka menjadi harapan dari pemasok dan
pelanggannya. Sedangkan perusahaan yang dinilai melakukan kecurangan,
kemungkinan perilaku karyawannya dianggap seperti itu juga.
d. Persaingan
di Industri
Dalam industri yang stabil di mana
menarik pelanggan baru tidak masalah, karyawan tidak termotivasi untuk
meletakkan etika internal mereka menyisihkan untuk mengejar uang.
2.
Kesaling
– tergantungan antara Bisnis dan Masyarakat
Alam
telah mengajarkan kebijaksanaan tentang betapa hubungan yang harmonis dan
kesalingtergantungan itu adalah amat penting. Bumi tempat kita berpijak, masih
setia bekerja sama dan berkolaborasi dalam tim dan secara tim dengan
planet-planet lain, namun penghuninya kebanyakan telah berjalan
sendiri-sendiri. Manusia yang konon khalifah di bumi, merasa sudah tidak
membutuhkan manusia lainnya. Bukanlah kesalingtergantungan yang dibina,
melainkan ketergantungan yang terus diusung. Kesalingtergantungan bekerja
didasarkan pada relasi kesetaraan, egalitarianisme. Manusia bekerjasama,
bergotong-royong dengan sesamanya memegang prinsip kesetaraan. Negara telah
dikuasai oleh jenis manusia yang memiliki mentalitas pedagang. Pucuk kekuasaan
telah disulap menjadi lahan bisnis, dimana dalam dunia bisnis maka yang dikenal
adalah tuan dan budak, majikan dan buruh. Dalam hal ini, yang tercipta adalah
iklim ketergantungan, bukan kesalingtergantungan.
3.
Kepedulian
Pelaku Bisnis terhadap Etika
Pelaku
bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk
menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus
menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan
kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan
excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan
sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa
dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal
pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
4.
Perkembangan
dalam Etika Bisnis
Di
akui bahwa sepanjang sejarah kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah
luput dari sorotan etika. Perhatian etika untuk bisnis dapat dikatakan seumur
dengan bisnis itu sendiri. Perbuatan menipu dalam bisnis , mengurangi timbangan
atau takaran, berbohong merupakan contoh-contoh kongkrit adanya hubungan antara
etika dan bisnis. Namun denikian bila menyimak etika bisnis sperti dikaji dan
dipraktekan sekarang, tidak bisa disangkal bahwa terdapat fenomena baru dimana
etika bisnis mendapat perhatian yang besar dan intensif sampai menjadi status
sebagai bidang kajian ilmiah yang berdiri sendiri.
5.
Etika
Bisnis dalam Akuntan
Dalam
menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik
profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan
Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan
pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi
dan juga dengan masyarakat. Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat
atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya,
tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian
pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi.
6.
Kesimpulan
Etika
bisnis memiliki definisi yang hampir sama dengan etika profesi, namun secara
lebih rinci. Etika Bisnis adalah
perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh pimpinan, manajer, karyawan,
agen, atau perwakilan suatu perusahaan. Dalam menciptakan etika bisnis ada
beberapa hal yang diperhatikan yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung
jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat,
menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan serta menghindari 5K
(Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi), mampu mengatakan yang
benar itu benar. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesaran
semua pihak untuk melaksanakannya, hal tersebut dapat dikurangi serta mampu
menghadapi era globalisasi.
Sumber
No comments:
Post a Comment